THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES
Welcome Comments Pictures

Sabtu, 13 Agustus 2011

Cita-cita saya,

Assalamualaikum, wr, wb,
Sebelm sya memulai curhat rutin saya, saya ingin menyampaikan mukadimah yang mana khusus malam ini, prbincangan aka sangat berbeda dari yang sebelum"x, pertama tidak ada kata "gue" melainkan "saya", kedua akan ada kalimat" tabu, baru dan sangat formal di dalamx. karena, diharapkan nantiX tidak ada keterkejutan yang terjadi akibat dari revolusi dari kalimat" koran yang saya ciptakan, demikian kata pengantar dari saya, selanjutnya, dpersilahkan untuk menyimaknya,,,

Sebenarnya menikah sudah menjadi angan", bisa menikahi pilihan hati justru lebih mmbahagiakn, bersuamikn pria tampan, mapan, beriman, dan ktrunan yang bisa d'andalkn, wasyukurillah, seandainya, apabila, jikalau, apa lagi kalimat perumpamaan lain, apalah itu, betapa bahagia dan nikmatX hidup ini. Saya sendiri, sebenarny agak minder mmbayangkn bakal nikah, punya suami, hidup berumah tangga, sebabX saya ini tergolong wanita tertutup, kurang gaul. Berteman hanya segelintir manusia yg itu" saja, dengan ksamaan minat, dan hobby. SebenarX daftar cita" sy bs d'bilang cukup bnyak, meski tidak berat", tapi rasanya cukup berat meski alhamdulillah satu persatu cita" itu terkabul juga. Tidak sprti cita" ank SD pda umumX, krna pda hakikatX stiap manusia punya cita" dan angan" sm halny sprti sj yg juga manusia biasa, dulu... dulu nih ya, cita" sy bisa d'ktakn cita" yg jauh, jauh dr kehdpn dan pribadi saya skrang, mau tau apa. Berikut dialog yg samar" dan sedikit bnyak yg masih saya ingat, " Cita" kamu kalau sudah besar nnti pengen jadi apa," tanya guru SD, seiingat saya wktu itu masih antara kelas 1 dan kelas 3, kemudian karena trdorong oleh rasa ikut"n dan takut d'olok tman krna nggk punya cita", maka dengan bangga pun saya berkata, "Saya pengen jadi Pramuniaga, bu." Jawab saya polos, padahal sebenarnya waktu itu mksd saya pengen jadi pramugari, tapi yang kalimat yg kluar d'mulut malah pramuniaga, mungkin krna kurangX wawasan saya, yang pasti dalam ingatn saya waktu itu, seorang pramugari pkerjaan yg sangat mnggembirakan, saya mnjadi wanita tercantik, dngan busana yg aduhai seksi, mnjadi guide untuk para penumpang, bisa terbang kmana pun pesawat pergi. Alangkah menyenangkan! Mengingat masa" kecil waktu itu mmbuat sy tertawa sendiri. Lelucon yg sya buat meski sy sendiri tidak tau apa yg lucu. Seiring berjalanX waktu, cita" saya akan masa depan pun berubah. Sering melihat ustatzah" ceramah di masjid, menjadikn saya terpacu dan kmudian termotivasi untuk bisa seperti beliau". Menyampaikan tausiah" yg menyegarkn hati, alangkah indah dan barokahx seandaiX cita" itu bisa tercapai. Manakala usia menginjak angka 10 tahun ke atas, kalau tidak salah, saat itu sudah SMP, cita" saya berubah lagi, yaitu menjadi seorang guru. Apa pun itu, yang penting guru. Mengajar murid", bisa menyalurkan ilmu kepada anak didik dengan harapan bisa menjadi anak yang cerdas dan berani. Alangkah menyenangkannya mempunya cita". Memimpikan cita" yg lain lagi, tidak membuat sya lupa akan cita" lama, bukan maksdx ingin jadi pramugari, atau pramuniaga, tapi ustatzah tadi, cita" mulia itu tentu saja masih selalu jadi angan", ahh, andai saja dibolehkan punya cita" banyak, ingin sekali rasaX punya cita" lebih dari satu, karena yang ada di pikiran saya saat itu tidak boleh punya cita" lebih dari satu, maka saya pun dengan berat hati hanya bisa berandai" dan hanya berdoa dengan kalimat, "jikalau ustatzah tidak bisa, guru pun tak apa"lah, tetapi kalau guru tak tercapai, ustatzah sajalah."
Hari berganti hari, bulan memasuki tahun, hingga usia menapak angka 17 tahun, saya lulus dengan nilai yang sebenarnya tidak terlalu membanggakan, mengingat rapor saya tidak masuk 10 besar. Tapi, bukan berarti saya bodoh, krna rata-rata nilai saya ialah 7. Lulus sekolah, saya berniat untuk bekerja saja, namun orang tua berkehendak lain. Mengharapkan anak"x bisa menjadi 'orang', tentu tidak hanya mengandalkan ijazah SMA saja, jadilah saya dituntut untuk melanjutkan studi, terserah dmana saja, yg penting kuliah. Saat itu, entah kenapa saya lupa dengan cita" masa kecil saya yang suka berubah haluan. Namun siapa sangka, ternyata Allah sudah mencatat niat baik saya, bermodal kelancaran saya membaca Al-Qur'an, dan karna dibantu oleh Mama yg kbtulan jg seorang guru ngaji, maka mulailah karir saya untuk yang pertama kali. Saat itu pertengahan 2007, kuliah masuk semester ketiga. Saya pun resmi menjadi seorang guru. Ya, seorang guru yang semasa SMP pernah saya cita"kan, meski hanya guru ngaji, tapi siapa sangka, menjadi guru ngaji justru menjadikan cita" saya yang lain tercapai pula. Secara teknis, saya memang guru ngaji, mengajarkan murid" untuk mendapatkan ilmu agama, namun secara finansial, saya juga seorang ustatzah, karena secara tak langsung, ilmu agama yang biasa disalurkan oleh seorang ustatzah dapat saya salurkan pula dengan menjadi seorang guru ngaji, apatah lagi, di absen guru, nama saya tercatat pula sebagai seorang ustatzah, ahhh, alangkah baiknya Allah. Betapa saya bersyukur, pernah mempunyai cita" semulia ini, hingga tanpa segan, Allah pun mengabulkannya.
Lima bulan bekerja sambilan, ternyata rekan ayah menawarkan saya untuk bekerja di perusahaan yang beliau pimpin. SebenarX saya berat untuk meninggalkan pekerjaan sebagai guru, meski gaji hanya untuk pulsa dan makan, namun ada kedamaian saat saya mengajar. Tapi desakan orang tua, juga karena rasa takut bicara dengan beliau" (orang tua dan rekan ayah), akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kemauan mereka, dan memulai karir baru. Meski mengajar di mesjid sudah tidak bisa, Alhamdulillah saya masih bisa menyalurkan ilmu saya di rumah, mengajar anak" tetangga yang ingin mengaji. Kembali soal pkerjaan baru saya, sungguh saya benar" tabu dalam hal pekerjaan formal seperti yang ditawarkan rekan ayah, namun akhirnya terbiasa juga, saya di tmpatkn di bagian administrasi, meski terkadang scra lgsg sy rangkap sbagai pramuniaga, ya, pramuniaga, bukan pramugari. Karena sy bekerja di koperasi barang, dan meja kerja yg tak punya skat, juga terkdg mgharuskn untuk berbagi job dgn teman, shingga cita" yg sebenarx salah lafaz itu pun terkabul juga. Kini cita" saya terkabul smua, kcuali satu, saya lupa mengatakan, ketika saya lulus SMA, sy pun punya cita". Nikah muda!!!
Cita" yang hingga kini belum tercapai, padahal saat itu saya ingin menikah sebelum usia 20 tahun, dan skarang ktika usia mlebihi waku yg d' harapkn, saya mrasa cemas, kapan saya nikah, dengan siapa, dimana, bagaimana, dan masih banyak pertanyaan lain yang kini masih berkecamuk dalam hidup saya, wallaualam. Hanya Allah saja yang maha tahu, karena rezki, jodoh, dan maut, hanya Allah sajalah yang menentukan.

0 komentar: