THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES
Welcome Comments Pictures

Rabu, 06 Agustus 2014

Meranaaaaa.....

Sabtu, 10 Agustus 2013
Janjian ketemu dengan kawan lama dari dunia maya, Pukul 20.30, di kediamanku tercinta.
Dia menelpon, mengabarkan bahwa dia sudah berada di depan gang, menanyakan apakah mobil bisa masuk dan apakah ada tempat parkir nantinya. Ku katakan ada parkiran tapi kemungkinan terlalu sempit, sebaiknya parkir di depan gang saja. Akhirnya aku menyusulnya ke depan gang. Kami bertemu di sela gang, postur lumayan tinggi, wajah menawan, dan matanya… begitu indah. Akhirnya aku Cuma bisa tertunduk.  Jantungku rasanya mau copot. Selengkapnya...

Menutupi rasa grogi aku terus-terusan bertanya padanya, tentang apa saja, begitu pula sebaliknya. Sepertinya dia anak yang baik, lucu, dan menyenangkan. Aku senang melihat wajahnya, dia tidak terlalu tampan, bahkan mungkin biasa saja, tapi entah kenapa aku menyukai caranya berbicara, caranya tertawa, senyumnya, dan matanya… Apakah aku mencintainya pada pandangan pertama? Ahh, barangkali hanya perasaanku saja. Malamnya, aku tidak bisa tidur nyenyak, aku memimpikannya. Ahh, ini benar-benar menggangguku, ada apa ini. Minggu, 11 Agust 2013 Sepertinya aku benar-benar menyukainya, sejak pagi aku begitu mengharapkan balasan wechat darinya, ingin memulai lebih dulu rasanya janggal, meski sebelumnya aku pernah mengirimkannya pesan terlebih dahulu, namun sejak pertemuan semalam rasanya aku jadi sungkan, aku tidak ingin ia berpikir macam-macam, karenanya aku lebih memilih menunggu pesan darinya, namun yang terjadi di luar dugaan, ketika aku bermaksud mengirim pesan untuk sepupuq, justru yang terkirim ke nomornya, dan itu terjadi dua kali. Apa balasannya? “kangen ya”, sembali tertawa meledekku. Maluuuuu…. Ada yang terasa janggal, aku senang ketika ia member respon setelah pertemuan kami semalam, artinya ia cukup bijaksana saat berteman, tidak menilai secara fisik saja, tidak mempermasalahkan karena menurutku barangkali bisa saja dia merasa kecewa, ketika melihat foto-fotoku di FB, yang terlihat cantik, putih, dan manis, dan ketika melihat aslinya, prediksi berubah, aku tidak secantik di foto. Entahlah, hanya saja aku jadi merasa takut kehilangannya, Rabu, 14 August 2013 Sedikit ragu untuk menyapanya, dia sedang OL. Hanya bisa memandang foto profilnya, kangen. Sekitar pukul 11 dia nyapa duluan, akhirnya. Percakapan memang tidak begitu lama, karena di kantor jadwal mati lampu, mengharuskan ku untuk istirahat dengan rutinitas di depan komputer. Sedikit kecewa, apalagi ketika q sapa dia via wechat, no respon. :’( Malamnya, aku memberanikan diri menyapa terlebih dahulu, hasilnya? Luar biasa. Dia menggodaku dengan rayuan mautnya, sampai-sampai aku meleleh. Serrrrr… (padahal sebelum ketemu sering digodain, tapi nggak pernah semeleleh ini). Mulai dari dia yang bilang kangen, juga dia yg kasih emo bunga, juga dia yang mau menyampaikan bunga itu langsung ke aku. Aduuuu… romantiz abizzz…. Senin, 19 Agust 2013 Ada sesuatu yang mulai terasa kurang, akhir-akhir ini dia jarang menyapaku lebih dulu, atau mungkin aku saja yang keganjenan menyapanya terlebih dahulu. Yang pasti aku merasa ia tidak sungguh-sungguh dengan kata-kata romantic yang pernah ia ucapkan selama ini. Itu membuatku merasa bodoh, mengharapkan sesuatu yang tak pasti. Aku tidak begitu yakin dengan perasaan ini, apakah ini bernar-benar cinta, atau hanya sekedar rasa suka. Yang pasti akhir-akhir ini aku memang merasa tidak tenang dengan perasaan ini, selalu memikirkannya, mengingat tentangnya, khawatir serta takut kehilangannya. Sekarang ini status kami memang hanya sebatas teman, tidak lebih, meski belakangan kami sering berbicara tentang hal-hal berbau romantic tetap saja itu tidak mengubah status pertemanan karena memang belum ada kata jadian. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di pikirannya, dia tidak punya pasangan, namun yang aku liat di FB ketika seseorang menanyakan kapan ia akan menikah, dia bilang “insya Allah secepatnya”, bukankah itu menandakan ia sudah punya calon? Lalu kenapa setiap kata yang keluar dari mulutnya membuatku klepek-klepek dan mabuk kepayang? Apakah itu hanya gurauan? Aku saja yang terlalu ge er. Ahh.. cinta ini benar-benar membuatku pusing. Disaat aku benar-benar menyukai seseorang, justru orang yang kusukai membuatku sakit. Kenapa selalu terjadi hal seperti ini. Aku sakit. Nyesekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk………………… 24 Agustus 2013 Akhir-akhir ini kami mulai jarang berkomunikasi, bukan karena aku sudah tidak menyukainya lagi, tak lain karena dia sudah tak seromantis yang lalu, meski hari ini ia menyanyikan lagu noah untukku, “separuh aku.” Plus dengan rayuan gombalnya yang kini mulai terasa garing. Aku yakin ada yang dia sembunyikan. Tapi apa? Kenapa ia begitu aneh, terkadang menyapaku lebih dulu, membicarakan hal-hal berbau romantis, tapi di lain waktu ia bahkan tak menyapaku hingga berhari-hari. Barangkali dia punya kelainan jiwa. Argggghhh………. 27 Agustus 2013 Aku menyerah, aku tak kuat jika terus-terusan di beri harapan tak pasti. Aku memutuskan untuk berhenti berharap, berhenti mencintainya, berhenti menghubunginya. Mencoba berpikir realistis, barangkali selama ini ia memang tak pernah menyukaiku seperti aku menyukainya, hanya saja ia tak tega menolakku secara tegas, lantas meladeniku seperti apa yang aku mau. Dan jika memang apa yang ia mau adalah dengan tidak berkomunikasi lagi denganku maka meski berat hati akan kupenuhi harapan itu. Ku harap semua berjalan lancar, karena tak mudah menyembuhkan penyakit yang menyerangku saat ini. Bukan penyakit biasa, serangan dilema cinta stadium akut berkepanjangan. 30 Agustus 2013 Baru dua hari yang lalu aku memutuskan untuk tidak mau tahu lagi tentangnya, dan ternyata memang tidak semudah yang ku kira. Tanya kenapa? Karena lagi-lagi dia menggoyahkan tembok yang sengaja ku bangun dengan mudahnya hanya oleh tiga kata. “Siang, lagi apa?”. Ya Tuhan, ada apa dengannya? Kenapa dia sama sekali belum mengerti perasaanku, aku tidak ingin berbicara dengannya untuk waktu dekat, tapi kenapa dia menyapaku? Memang benar kami tak punya kesepakatan untuk tidak berkomunikasi lagi, tapi tidakkah dia mengerti bahwa aku yang selama ini di gantungkan, masih punya hati yang harus di jaga dengan baik. Tidakkah dia mengerti alasan kenapa dalam beberapa hari ini aku tidak menyapanya??? Atau dia terlalu bodoh untuk menyadari itu? 1 September 2013 Hari-hari selanjutnya, bisa ditebak. Kami kembali bersua, saling sapa, bercanda ria, gombal jenaka, meski hanya via chat saja. Sekarang siapa yang bodoh, aku atau dia? Dua bulan kemudian, Pertengahan Oktober. Sifatnya masih tetap tak berubah, angin-anginan. Menyapaku semaunya, mendiamkanku sesukanya. Dan memang, sejak berkali-kali di buat bingung aku memutuskan untuk tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, ku ikuti apa maunya, dia diam, aku diam, dia sapa aku balas. Karena aku yakin, perjalananku pasti akan ada akhir, entah itu bahagia, atau sebaliknya. 21 Oktober 2013 Ada yang ia sedang sembunyikan dariku, sesuatu yang tidak boleh ku ketahui, atau mungkin belum saatnya ku ketahui. Ia begitu membuatku gamang, ada apa dengannya? 24 Oktober 2013 Lagi-lagi mendiamkanku, sejak kemarin kami tidak ada saling sapa dan itu membuatku merindukannya. Obrolan FB-nya aktif, akhirnya aku mencoba memberanikan diri menyapanya terlebih dahulu, menghapus gengsi untuk sementara waktu. “Kangen” “:)” Hanya emo senyum, namun bagiku punya makna tersembunyi. Mencoba menghilangkan pikiran buruk, aku kembali membalas. “Kok senyum aja? Nggak kangen?” “Boleh aku bicara serius?” Ku rasa ini waktunya. Berusaha menguatkan hati, dag dig dug. Aku siap!!! “HM?” “Aku mau tahu gimana perasaanmu sama aku selama ini.” “Maksud kamu?” Berpura-pura tidak tahu arah pembiacaraan. Karena sebenarnya masih bingung antara bicara jujur atau tidak. “Kalau boleh jujur, sebenarnya selama ini aku mengharapkan kita bisa lebih dari teman.” Kuncup mulai mekar, sedikit demi sedikit. Aku tersenyum, belum berani merespon. Karena sepertinya kalimat itu belum selesai. “Tapi maaf, aku tak bisa lebih dari itu.” Shock, baru beberapa detik yang lalu kalimat darinya terasa begitu indah, tapi kenapa kelanjutannya mampu menghadirkan neraka? Aku tercekat, tak mampu berkata-kata. Sembari menahan air mata dan sesak di dada, ku coba bertanya. “Kenapa?” “Bulan depan aku merried.” That’s enough. Itulah jawaban yang selama ini bergelayut di pikiranku. Jawaban atas perlakuannya yang aneh dan tak bisa ditebak, jawaban atas apa yang ia sembunyikan. Minggu depan, dia akan menikah. Dan selama ini aku hanya melakukan hal yang sia-sia, mencintai seseorang sia-sia, dan membuang waktuku sia-sia, bahkan mengecap kebahagiaan pun tidak, tapi dia berhasil membuatku hancur hingga berkeping-keping. Dia bilang mencintaiku, namun tak bisa bersama hingga dia sendiri bingung apa yang harus diperbuat, dia tak ingin melepaskanku namun waktu terus berpacu, dia juga tak mungkin membatalkan pernikahan. Alibi yang sempurna.

0 komentar: